Pandemi Covid-19 adalah wabah penyakit yang telah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia. Covid-19 membuat Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara terpadat yang diprediksi memiliki penderitaan yang memakan waktu lama akibat pandemi tersebut. Namun Presiden Indonesia, Joko Widodo, menegaskan untuk tidak melakukan lockdown dengan alasan bahwa karakter yang dimilliki Indonesia, seperti budaya dan kedisiplinannya, berbeda dengan negara- negara lain utamanya negara yang berhasil menerapkan lockdown. Tapi ternyata di tengah lonjakan kasus yang ada di Indonesia, Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak masih terhindar dari paparan Covid- 19. Hal ini konfirmasi oleh Kabid Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr. Firman Rahmatullah, pada saat itu ia menyatakan bahwa belum ada warga Baduy yang terpapar Covid-19 (Muhammad, 2020). Rupaya terdapat peran budaya adat dan kearifan lokal masyarakat Baduy yang membuat suku tersebut masih terhindar dari ancama Covid-19.
Hutan di Baduy dibagi menjadi tiga jenis, yaitu leweung kolot (hutan tua), leweung reuma (hutan ladang), dan leuweung lembur (hutan kampung) (Permana et al., 2012). Kawasan adat Baduy sendiri dikelilingi hutan yang luas dan berlapis-lapis, dan hanya bisa diakses melalui beberapa jalan setapak yang dikelilingi oleh hutan juga. Hal ini dapat meminimalisir mobilitas manusia agar terhindar dari contagious penyebaran virus Covid-19 dan membantu mitigasi pandemi Covid- 19. Sulitnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang terjadi di kota besar nampaknya tidak jadi masalah untuk masyarakat Baduy karena adanya pembagian hutan yang ada secara alami akan membatasi gerak manusia tanpa diatur. Bahkan tiga bulan sebelum PSBB diterapkan, Baduy sudah terlebih dahulu melakukan penutupan akses dikarenakan adanya kegiatan upacara adat yaitu Kawalu yang melarang pengunjung untuk memasuki kawasan mereka layaknya lockdown ala suku Baduy (IDN Times, 2020). Mudahnya penutupan akses menuju dan dari kawasan Baduy menjadi salah satu faktor masyarakatnya terhindar dari penyebaran pandemi Covid-19. Bercermin pada local wisdom masyarakat Baduy mengenai kesederhanaan, dan tidak tergiur dengan pembangunan serta teknologi yang berkembang di era modern, nampaknya memberikan dampak baik yang tidak terduga sebelumnya.
Berdasarkan sudut pandang sosiologis, fenomena pandemi Covid-19 menggambarkan modernitas pada sebuah “Juggernaut” dikendalikan, terkadang memberikan kegembiraan namun tidak dapat sepenuhnya memberikan rasa aman (Giddens, 2013). Gambaran ini menjelaskan bahwa modernitas memberikan resiko dengan konsekuensi yang tinggi yang mengancam umat manusia. Modernitas dapat menembus ruang dan waktu. Beck (2015) menggambarkan bahwa fenomena ini adalah sebuah resiko yang membahayakan semua kehidupan di bumi. Pada era modern dan globalisasi saat ini, Covid-19 merupakan salah satu konsekuensi dari resiko pembangunan yang dahulunya adalah sebuah mimpi. Virus Covid-19 yang bermula dari Provinsi Wuhan dengan cepat tersebar keseluruh dunia. Hal ini disebabkan mobilitas manusia yang mampu bepergian ke manapun yang ia mau hingga tanpa sadar membawa virus Covid- 19 terbawa ke negara-negara yang mereka tuju (Nugraha, 2020). Kemudahan mobilitas manusia untuk berpergian ke seluruh penjuru dunia di zaman modern ini seakan menjadi pisau tajam saat pandemi sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Beck, U. (2015). Masyarakat Risiko: Menuju Modernitas Baru. Kreasi Wacana.
Giddens, A. (2013). The Consequences of Modernity. Wiley. https://books.google.co.id/books?id=SVmkJEwWGwAC
IDN Times. (2020). Pandemik Corona, Ini Lockdown Ala Suku Baduy. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=IuyP6YG_lW8
Muhammad, H. (2020, March 18). Destinasi Wisata Badui Tutup Sementara. Republika.Co.Id. https://republika.co.id/berita/q7e6bt380/destinasi-wisata-badui-tutup- sementara.
Nugraha, A.S., 2020. Kearifan Lokal dalam Menghadapi Pandemi Covid-19: Sebuah Kajian Literatur. Sosietas, 10(1), pp.745-753.
Permana, R. C. E., Nasution, I. P., & Gunawijaya, J. (2012). Kearifan lokal tentang mitigasi bencana pada masyarakat Baduy. Hubs-Asia, 10(1). https://doi.org/10.7454/mssh.v15i1.45